Masalah kesehatan anak di Indonesia masih menjadi perhatian khusus, dengan berbagai tantangan dan hambatan yang harus diatasi. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka kematian bayi dan balita di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sekitar 24 per 1.000 kelahiran hidup untuk bayi dan 15 per 1.000 kelahiran hidup untuk balita. Faktor utama penyebab kematian tersebut antara lain gizi buruk, infeksi, dan penyakit bawaan lahir.
Selain masalah kematian bayi dan balita, anak-anak di Indonesia juga menghadapi masalah kesehatan lainnya, seperti stunting, wasting, penyakit tidak menular, dan kesehatan mental. Stunting, atau kondisi kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia, dengan prevalensi sekitar 24%. Sementara itu, wasting, atau kondisi kekurangan gizi akut, juga menjadi masalah yang perlu diwaspadai, dengan prevalensi sekitar 7%. Anak-anak yang menderita stunting dan wasting berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan fisik dan kognitif.
Penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker, juga menjadi ancaman bagi kesehatan anak-anak di Indonesia. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gaya hidup tidak sehat, seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, dan merokok. Selain itu, anak-anak di Indonesia juga menghadapi masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan perilaku. Masalah kesehatan mental pada anak-anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti stres, trauma, dan masalah keluarga.
Untuk mengatasi masalah kesehatan anak di Indonesia, diperlukan upaya komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat, dan keluarga. Pemerintah perlu memperkuat sistem kesehatan dan menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Tenaga kesehatan perlu meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam menangani masalah kesehatan anak. Masyarakat dan keluarga perlu berperan aktif dalam menjaga kesehatan anak-anak, dengan menerapkan pola hidup sehat dan memberikan dukungan emosional.