Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, telah mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Mahmoud Abbas, Sabtu (18/6/2023). Pengunduran diri ini menyusul serangkaian peristiwa politik dan tantangan yang dihadapi pemerintahnya. Dalam surat pengunduran dirinya, Shtayyeh menyampaikan alasan kesehatan dan kesulitan dalam menyatukan faksi-faksi Palestina sebagai latar belakang keputusannya.

Pengunduran diri Shtayyeh terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel, yang telah melakukan serangan di Tepi Barat yang diduduki dan menewaskan warga Palestina. Pemerintah Palestina juga menghadapi krisis keuangan, dengan Israel menahan tunjangan pajak Palestina. Selain itu, terdapat perpecahan internal dalam pemerintahan, dengan faksi-faksi Palestina saling berselisih tentang masalah-masalah utama.

Presiden Abbas telah menerima pengunduran diri Shtayyeh dan meminta pemerintah untuk tetap menjalankan tugasnya sebagai pemerintahan sementara hingga pemerintahan baru dibentuk. Presiden Abbas belum mengumumkan siapa yang akan menggantikan Shtayyeh sebagai perdana menteri. Namun, beberapa nama telah disebut-sebut sebagai kandidat potensial, antara lain mantan perdana menteri Salam Fayyad dan mantan menteri keuangan Shukri Bishara.

Pengunduran diri Shtayyeh merupakan perkembangan signifikan dalam politik Palestina dan menambah ketidakpastian pada situasi yang sudah rapuh. Pembentukan pemerintahan baru akan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi Palestina dan untuk memajukan agenda perdamaian dengan Israel.